Thursday, December 21, 2017

Recep Tayyip Erdogan : Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Ia (Per 2017) - Bab Ii

Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan Bagian  Recep Tayyip Erdogan : Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Beliau (Per 2017) - Bagian II
Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan Bagian 1 yang saya terbitkan beberapa jam yang lalu.


Di artikel sebelumnya sudah saya tulis 6 Catatan terkait Pemerintahan Turki di bawah kepemimpinan Erdogan, baik semenjak dia menjabat sebagai Walikota Istanbul, hingga menjadi Perdana Menteri Turki.

Sebagai kelanjutannya, ini dia 4 Catatan Sejarah semasa dia menjabat sebagai Perdana Menteri dan Presiden Turki ke-12.



Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan - Bagian 2


Langsung ke nomor 7 ya guys, lantaran nomor 1 hingga 6 ada di artikel sebelumnya.

7. Erdogan Benci Sosial Media namun pernah diselamatkan olehnya



Sebagai kelanjutan skandal korupsi yang menghebohkan Turki di atas, tersebar rekaman audio sebanyak 5 video di Youtube. Video viral ini berisikan pembicaraan Erdogan dengan anaknya pada 17 Desember 2013.

Di dalamnya Erdogan memerintahkan anaknya untuk menyembunyikan uang dalam jumlah yang sangat besar.

Rekaman ini ditanggapi Recep Tayyip Erdogan pada 26 Februari 2014. Beliau menyatakan bahwa telepon dia telah disadap. Namun ia juga menyebutkan bahwa percakapan tersebut tidak pernah terjadi. Ia menuduh rekaman ini telah di-dubbing, dengan menggabungkan potongan beberapa dialog dia di waktu yang berbeda.

Seorang analis – Joshua Marpet – menyebutkan bahwa kemungkinan besar rekaman ini yaitu asli, dan kalaupun benar telah dimodifikasi, maka teknologi yang sanggup menciptakan hal tersebut terjadi belum dia ketahui.

Malam di tanggal yang sama, dewan legislatif di bawah kepemimpinan dia mengeluarkan perintah untuk mem-block sejumlah situs internet dan mengizinkan jalan masuk data trafik internet pada pemerintah.

Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan Bagian  Recep Tayyip Erdogan : Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Beliau (Per 2017) - Bagian II
Demonstrasi Terhadap Pemblokiran Twitter, Maret 2014 - Sumber : BBC.com

Pada 20 Maret 2014, Erdogan berpidato dan berjanji akan menutup jalan masuk Twitter dan mengancam juga akan menutup jalan masuk Facebook. Hanya beberapa jam kemudian DNS Twitter telah di-block, dengan alasan ‘ada 4 perintah pengadilan yang diabaikan oleh Twitter untuk menghapus konten yang melanggar privasi’.

Menurut beberapa pihak, konten yang dimaksud berisikan link ke Video Youtube kontroversial di atas. Sayang, penulis tidak menemukan link video tersebut.

Di hari itu hashtag alias tagar #TwitterisblockedInTurkey pribadi menjadi trending topic. Ban ini tidak cukup efektif, lantaran beberapa hari kemudian graffiti 8.8.8.8 dan 8.8.4.4 tersebar di beberapa dinding kota Istanbul. Itu yaitu alamat Public DNS milik Google yang sanggup digunakan untuk tetap sanggup meng-akses Twitter.

Pemblokiran Twitter ini dilarang pada 3 Juni oleh Pengawas Telekomunikasi Turki atas perintah pengadilan.

Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan Bagian  Recep Tayyip Erdogan : Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Beliau (Per 2017) - Bagian II
Meme - Sosial Media Menurut Recep Tayyip Erdogan


Itu bukanlah pemblokiran terakhir dari Erdogan terhadap internet dan sosial media. Tanggal 4 November 2016, beberapa situs ibarat Twitter, Facebook, Whatsapp dan Youtube kembali ditutup aksesnya oleh pemerintahan Turki. Dipercaya tindakan ini bekerjasama dengan penangkapan 2 wakil pimpinan Partai Oposisi Kurdi (HDP = Partai Demokrasi Masyarakat) beserta 9 anggota dewan legislatif dari partai tersebut. Alasan penangkapan yaitu upaya menangkal agresi terorisme.

Tapi uniknya di dikala upaya perebutan kekuasaan pada Juli 2016, sosial media yaitu salah satu penyelamat beliau. Beberapa kali dia memakai FaceTime, Facebook dan Twitter untuk mengumumkan keberadaan dan keamanan beliau. Twitter pun digunakan contohnya untuk meminta imam di masjid untuk mengumumkan masyarakat sekitar untuk turun ke jalan, menyatakan dukungannya kepada beliau.

FaceTime (aplikasi video & audio milik Apple) juga dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan CNN Turki. Beliau meminta para pendukungnya untuk turun ke jalan dan mengabaikan jam malam yang dikeluarkan oleh para pelaku kudeta.

Hal ini membantu dalam pengalihan perhatian sehingga Erdogan dan tentara yang loyal sanggup menyusun taktik untuk menangkal upaya coup tadi.

Bahkan disebut-sebut komunikasi utama antara Erdogan dengan para pembantunya yaitu memakai Whatsapp di dikala kritis tersebut.

Padahal pelaku coup sudah berupaya menguasai kantor informasi Turki, namun tidak mempertimbangkan keberadaan teknologi zaman now, yaitu sosial media yang ternyata lebih efisien dalam mengembangkan berita.

8. Upaya Kudeta Yang Gagal


Pada 15 Juli 2016 menjelang pukul 23.00 waktu setempat, faksi di dalam Angkatan Bersenjata Turki berusaha mengambil alih pemerintahan dan menjatuhkan kepemimpinan Erdogan. Faksi ini menamakan dirinya Peace at Home Council (Majelis Perdamaian Tanah Air). Majelis ini diduga dipimpin oleh Kolonel Muharrem Kose.

Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan Bagian  Recep Tayyip Erdogan : Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Beliau (Per 2017) - Bagian II
Massa Turun Ke Jalanan Istanbul Menanggapi Kudeta 15 Juli 2016 - Sumber : TRTWORLD

Saat perebutan kekuasaan terjadi, Erdogan sedang berlibur di Marmaris – barat daya Turki. Pernyataan resmi pertama dilakukan melalui percakapan via FaceTime dengan CNN Turki. Di mana dia meminta pendukungnya turun ke jalan.

Pukul 4 dinihari tanggal 16 Juli 2016, Erdogan meninggalkan hotel tempatnya berlibur. Tak berapa lama, hotel tersebut diserang oleh 2-3 helikopter. Menurut saksi mata di dikala itu juga turun belasan orang bersenjata lengkap dan menyerang hotel ini. Menurut informasi 2 polisi tewas dan 8 orang terluka dalam bencana tersebut.

Recep Tayyip Erdogan menuduh Fethullah Gullen sebagai otak di belakang perebutan kekuasaan ini, dan sekaligus menuduh Amerika Serikat melindungi pemimpin Gullen Movement ini.

Lebih jauh lagi dia menuduh Kepala Pusat Komando Amerika Serikat – Jenderal Vote sebagai orang yang mendukung kudeta. Tuduhan yang dilayangkan sebagai tanggapan atas pernyataan Jenderal Vote yang menuduh pemerintahan Turki menahan kontak Pentagon di Turki.

Recep Tayyip Erdogan mengumumkan Turki berada dalam Status Darurat per tanggal 20 Juli 2016 selama 3 bulan. Parlemen mengamini hal ini. Kondisi darurat ini diperpanjang kembali 3 bulan berikutnya.

“Gullen Movement yaitu istilah yang diberikan kepada pendukung Fethullah Gullen. Dianggap sebagai organisasi teroris oleh Pemerintah Turki.”

Gullen membantah tuduhan tersebut, dan menyebutkan bersama-sama perebutan kekuasaan ini yaitu perebutan kekuasaan palsu. Kudeta yang disutradarai oleh Erdogan sendiri. Dengan tujuan untuk semakin menancapkan kekuasaannya.

Diperkirakan lebih dari 300 orang tewas dalam upaya perebutan kekuasaan ini, dan lebih dari 2.Sepuluh0 orang cedera. Namun berdasarkan CNN korban tewas sedikitnya 161 orang, dan 1.140 orang cedera.

Sebagai kelanjutan dari perebutan kekuasaan gagal ini yaitu Penangkapan Besar-besaran atau Pembersihan Besar-Besaran terhadap lebih dari 40.000 orang, di antaranya ada sekitar Sepuluh.000 polisi dan 2.745 hakim, tanpa alasan jelas. Sekitar 15.000 staf pengajar dicabut izinnya. 21.000 guru yang mengajar di lembaga pendidikan swasta juga diberhentikan dengan alasan pendukung setia Gullen. Selain itu ada Sepuluh0.000 orang ditangkap atau dipecat dari pekerjaannya disebabkan tuduhan mempunyai korelasi dengan Gullen.

Kolonel Muharrem Kose – mantan Kepala Urusan Hukum Militer yang di bulan Februari dibebas-tugaskan dari Angkatan Bersenjata Turki, atas tuduhan Konspirasi Perencanaan Pembunuhan Deputi Perdana Menteri Turki - dituduh sebagai pemimpin kudeta. Beliau ditangkap pada 19 Juli 2016 (4 hari sesudah kudeta).
Namun 6 ahad kemudian ia dilepas dan diberi posisi di Kantor Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Turki – pimpinan Jenderal Hulusi Akar - pada 27 Agustus 2016.

“Tokoh yang diduga mendalangi perebutan kekuasaan 15 Juli 2016 ditangkap dan kemudian dilepas, untuk selanjutnya bekerja di Kantor Kepala Staf Umum AB Turki.” (Sumber : Milliyet.com)

9. Erdogan dan Dekrit Presiden Pencabutan Bulu/Rambut


Di dikala Turki masih ber-Status Darurat atau tepatnya pada 29 Maret, Erdogan mengundang sejumlah jago kecantikan. Even ini ditayangkan pribadi lebih dari 1 jam di depan televisi. Acara tersebut menayangkan penandatanganan Dekrit Presiden terkait Proses Pembuangan Rambut/Bulu. Plus dibumbui dengan informasi Referendum yang akan dia adakan bulan depan.

Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan Bagian  Recep Tayyip Erdogan : Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Beliau (Per 2017) - Bagian II
Penandatanganan Dekrit Presiden Pembuangan Bulu/Rambut. Erdogan dikelilingi oleh sejumlah Ahli Kecantikan, 29 Maret 2017 - Sumber : Al Monitor

Isinya kira-kira yaitu membuka izin bagi salon kecantikan untuk melaksanakan operasi pembuangan rambut/bulu ini dengan memakai laser. Padahal pada Undang-undang yang ada sebelumnya, ditegaskan bila operasi ini hanya boleh dilaksanakan di klinik atau rumah sakit.

Para pakar kulit (dermatologis) protes terhadap kebijakan ini, lantaran hal ini bakal menambah korban malpraktek dari penanganan petugas yang tidak kompeten di daerah yang juga belum tentu higienis. Salon kecantikan kecil dipastikan bakal membeli mesin bekas untuk melaksanakan operasi ini lantaran keterbatasan modal. Sebelum dekrit ini dikeluarkan sudah banyak jatuh korban ibarat kulit terbakar, dan lainnya.

Para ulama juga menentang kebijakan ini, lantaran membuang bulu/rambut berdasarkan mereka tidak islami, terutama perempuan yang harus membuka sebagian tubuhnya (baca: aurat) untuk dioperasi.

Banyak yang menghubung-hubungkan ini dengan Referendum yang akan diadakan beberapa bulan ke depan. Menurut mereka tindakan ini terang bertujuan untuk menambah voter.

Sepuluh. Referendum Konstitusi Kontroversial Pun Mampu Ia Menangkan


Di hari Minggu, 16 April 2017, Pemerintahan Turki di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan, mengadakan Referendum Konstitusi. Tujuannya yaitu meminta persetujuan masyarakat Turki di dalam negeri maupun di luar negeri, atas 18 Usulan Amandemen Konstitusi. Referendum dilaksanakan di dikala Turki masih berada di dalam Status Darurat.

Di antara isi Referendum tersebut yaitu :
  1. Merubah sistem pemerintahan dari sistem Parlemen menjadi Republik (Sistem Presidential). Sehingga otomatis posisi Perdana Menteri pun dihapus. Selain itu jabatan Presiden akan mempunyai kekuasaan yang lebih luas dari sebelumnya. Berbeda dengan Presiden di sistem Parlemen, di mana jabatan itu hanya sebagai simbol dan tidak mempunyai kiprah politik.
  2. Jumlah dingklik dewan legislatif ditambah, dari yang sebelumnya 550 dingklik menjadi 600 kursi, dan masa bakti anggota dewan legislatif ditambah menjadi 5 tahun (sebelumnya 4 tahun). Bahkan batas usianya diturunkan menjadi 18 tahun.
  3. Meminta perubahan pada sistem di Mahkamah Agung Hakim dan Jaksa (HSYK), di mana Presiden mempunyai hak menunjuk 4 dari 13 anggota Mahkamah Agung itu.
  4. Calon Presiden tidak wajib meletakkan jabatannya di Partai untuk sanggup mencalonkan diri.
  5. Militer tidak diperbolehkan mengajukan diri menjadi Presiden.
  6. Presiden hanya sanggup di-impeach oleh Parlemen bila terbukti melaksanakan tindakan pengkhianatan.

Sebelum Referendum dimulai, Majelis Tinggi Pemilu (YSK) mengeluarkan pengumuman bahwa kertas bunyi dianggap sah walau tidak diberi stempel. Hal yang niscaya menerima banyak protes, baik dari partai oposisi maupun masyarakat. Sebagai balasannya ditemukan ada 1,5 juta kertas bunyi yang tidak berstempel.

Demonstrasi besar pun pecah menyambut pengumuman dari Majelis Tinggi Pemilu Turki ini.

Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan Bagian  Recep Tayyip Erdogan : Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Beliau (Per 2017) - Bagian II
Ekspresi Pendukung YA di Referendum Turki - Sumber : Washington Post


Uni Eropa, dalam hal ini Majelis Parlemen Eropa (PACE) dan Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE) mengkritik putusan di atas, dan menyatakan keputusan yang diambil YSK illegal.

Partai yang duduk di Parlemen terpecah 2 di antara yang menentukan YA & TIDAK. Mereka yang menentukan YA sudah niscaya Partai-nya Erdogan – AKP. Selain itu MHP (Partai Pergerakan Nasionalis) secara menyatakan sebagai pendukung YA.

“Bahasa Turki untuk YA yaitu EVET, sedangkan TIDAK yaitu HAYIR.”

Partai yang menentukan TIDAK yaitu Partai Rakyat Republik (CHP) dan Partai Demokratik Rakyat (HDP), dan sebagian dari anggota di MHP yang tidak ‘manut’.

Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan Bagian  Recep Tayyip Erdogan : Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Beliau (Per 2017) - Bagian II
Massa Pendukung TIDAK pada Referendum Turki, April 2017 - Sumber : Getty Images


Di dalam negeri, kampanye yang diadakan oleh partai untuk menentukan TIDAK mengalami gangguan bahkan kekerasan. Misalnya saja beberapa mahasiswa melaksanakan kampanye menentukan TIDAK di atas ferry di Istanbul. Mereka ditangkap pihak keamanan dengan tuduhan menghina Presiden. Penumpang ferry bekerja-sama berusaha menghentikan proses penahanan mahasiswa ini dan berhasil.

Contoh lain yaitu anggota dewan berjulukan Sera Kadigil ditangkap atas tuduhan ‘penghinaan nilai-nilai religi dan penyebaran kebencian’, di dikala dia melaksanakan kampanye menentukan TIDAK di sosial media. Beberapa dikala kemudian ia dilepas. Banyak dongeng kendala dan gangguan bagi mereka yang berkampanye memlih TIDAK.

Sementara di luar negeri, negara ibarat Jerman, Austria Denmark, Belanda dan Swiss, berusaha membatasi bahkan sebisa mungkin membatalkan kampanye YA di negara mereka.

Di dikala proses Referendum dilaksanakan, Jerman berhasil menangkap beberapa pemilih yang diketahui menentukan lebih dari sekali. Bahkan ada yang didapati mengantongi kertas bunyi bahkan sebelum proses pemilihan dimulai.

Masyarakat Eropa secara tegas menyatakan Referendum ini tidak memenuhi Standar Internasional.

Oh ya… Referendum dimenangkan oleh Pemerintah Erdogan dengan hasil 51,41% YA dan 48,59% menentukan TIDAK. Hasil Referendum efektif berlaku di dikala Pemilihan Presiden tahun 2019.

Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan Bagian  Recep Tayyip Erdogan : Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Beliau (Per 2017) - Bagian II
Peta Sebaran Pemilih YA & TIDAK pada Referendum Turki April 2017 - Sumber : Apco Worldwide



Akhirnya lengkap sudah artikel super panjang terkait Sepuluh Catatan Sejarah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan di Turki. Jika anda anggap bermanfaat, silakan share dan jangan lupa komen juga ya guys.

No comments:

Post a Comment